Jumat, 06 Desember 2013

Emansipasi Wanita pada Tokoh Wanita di Novel Belenggu Belenggu



Karya sastra diciptakan tidak hanya untuk dinikmati semata-mata hanya untuk hiburan semata tapi bisa lebih dari itu. Sastra diciptakan untuk mengkritik kehidupan masyrakat baik social maupun kereligiusan masyarakat. Tetapi itulah keunikan dari karya sastra hanya sebagian orang yang dapat menangkap dan menegrti maksud dari pengarang membuat suatu karya, disebabkan oleh asumsi sebagian masyarakat yang lebih mengenal karya sastra sebagai media hiburan. Dan dengan keunikan dan begitu kompleks karya tersebut pula yang membuat pembaca sulit untuk memahami maksud pengarang.
Begitu juga dalam novel Belenggu tidak lepas dari syarat makna kehidupan masyarakat. Tapi menurut asumsi saya Armijn Pane juga membuat karya ini karena kekecewaan terhadap ayahnya. Dari latar belakang masa lalu pengarang yang pernah dikecewakan oleh ayahnya yaitu mengecewakan ibunya. Di novel ini tokoh pria berselingkuh dengan tokoh wanita kedua.
Dari pernyataan Armijn yang mengakui bahwa kepengarangannya banyak didorong oleh kesadaran kebangsaan. Memang disini Armijn ingin menyadarkan masyarakat, dalam konvensi masyarakat orang yang berpendidikan rumah tangganya akan baik-baik saja. Dan masyarakat biasanya memuji sekaligus menjadikan panutan rumah tangga mereka dari rumah tangga orang pendidikan tersebut.
    Pengarang di novel ini menekankan terhadap emansipasi wanita, bahwa wanita kedudukannya sama dengan pria. Seperti yang terlihat pada tokoh Tini, ia bebas melakukan apapun dan bebas memutuskan jalan hidupnya sendiri tanpa tekanan dari pria atau suaminya. Ia pun giat dalam kegiatan sosial, dan aktif berorganisaasi. Memang pada zaman ini sebagian besar wanita sudah bertingkah seperti yaitu aktif berorganisasi, dinamis, sadar akan kondisi social serta berani berjuang untuk disamakan haknya seperti pria. Wanita pada zaman sekarang sudah tidak ingin ditindas oleh lelaki atau direndahkan dari laki-laki. Walau bukan novel ini saja yang membahas mengenai emansipasi wanita tapi dalam novel ini lebih terlihat bagaimana perlawanan wanita terhadap keadaan sosial yang merendahkan wanita dan keberanian wanita mengekspresikan sikap mereka. Dapat terlihat pada ending cerita dua tokoh wanita Tini dan Rohayah/yah yang akhirnya meninggalkan Tono, padahal pengarang bisa saja mengakhiri cerita dengan menyatukan Tono dengan salah satu tokoh wanita tapi kenyataannya Armijn tidak begitu. Tindakan dua tokoh wanita meninggalkan Tono itulah kritikan bahwa pada zaman ini wanita bebas melakukan apa yang mereka lakukan tanpa tekanan siapa pun sekalipun itu suaminya sendiri. Di novel ini juga pengarang mengubah pola pikir masyarakat bahwa kekuasaan bukan di lelaki, tetapi wanita juga memiliki kekuasaan untuk memilih jalan hidup mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar