Karya
sastra diciptakan tidak hanya untuk dinikmati semata-mata hanya untuk hiburan
semata tapi bisa lebih dari itu. Sastra diciptakan untuk mengkritik kehidupan
masyrakat baik social maupun kereligiusan masyarakat. Tetapi itulah keunikan
dari karya sastra hanya sebagian orang yang dapat menangkap dan menegrti maksud
dari pengarang membuat suatu karya, disebabkan oleh asumsi sebagian masyarakat
yang lebih mengenal karya sastra sebagai media hiburan. Dan dengan keunikan dan
begitu kompleks karya tersebut pula yang membuat pembaca sulit untuk memahami
maksud pengarang.
Begitu
juga dalam novel Belenggu tidak lepas
dari syarat makna kehidupan masyarakat. Tapi menurut asumsi saya Armijn Pane
juga membuat karya ini karena kekecewaan terhadap ayahnya. Dari latar belakang
masa lalu pengarang yang pernah dikecewakan oleh ayahnya yaitu mengecewakan
ibunya. Di novel ini tokoh pria berselingkuh dengan tokoh wanita kedua.
Dari
pernyataan Armijn yang mengakui bahwa kepengarangannya banyak didorong oleh
kesadaran kebangsaan. Memang disini Armijn ingin menyadarkan masyarakat, dalam
konvensi masyarakat orang yang berpendidikan rumah tangganya akan baik-baik
saja. Dan masyarakat biasanya memuji sekaligus menjadikan panutan rumah tangga
mereka dari rumah tangga orang pendidikan tersebut.
Pengarang di novel ini menekankan terhadap
emansipasi wanita, bahwa wanita kedudukannya sama dengan pria. Seperti yang
terlihat pada tokoh Tini, ia bebas melakukan apapun dan bebas memutuskan jalan
hidupnya sendiri tanpa tekanan dari pria atau suaminya. Ia pun giat dalam
kegiatan sosial, dan aktif berorganisaasi. Memang pada zaman ini sebagian besar
wanita sudah bertingkah seperti yaitu aktif berorganisasi, dinamis, sadar akan
kondisi social serta berani berjuang untuk disamakan haknya seperti pria.
Wanita pada zaman sekarang sudah tidak ingin ditindas oleh lelaki atau
direndahkan dari laki-laki. Walau bukan novel ini saja yang membahas mengenai
emansipasi wanita tapi dalam novel ini lebih terlihat bagaimana perlawanan
wanita terhadap keadaan sosial yang merendahkan wanita dan keberanian wanita
mengekspresikan sikap mereka. Dapat terlihat pada ending cerita dua tokoh
wanita Tini dan Rohayah/yah yang akhirnya meninggalkan Tono, padahal pengarang
bisa saja mengakhiri cerita dengan menyatukan Tono dengan salah satu tokoh
wanita tapi kenyataannya Armijn tidak begitu. Tindakan dua tokoh wanita
meninggalkan Tono itulah kritikan bahwa pada zaman ini wanita bebas melakukan
apa yang mereka lakukan tanpa tekanan siapa pun sekalipun itu suaminya sendiri.
Di novel ini juga pengarang mengubah pola pikir masyarakat bahwa kekuasaan
bukan di lelaki, tetapi wanita juga memiliki kekuasaan untuk memilih jalan
hidup mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar