Minggu, 01 Desember 2013

Ingin Jadi Guru



     Guru? Kata yang tidak asing lagi di telinga kita, di kalangan masyarakat pun kata ini begitu familiar. Siapa yang tidak mengenal profesi ini, profesi yang terpuji dan tidak meminta pujian ataupun penghargaan. Seperti dalam syair hymne guru, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia adalah orang yang mendidik generasi bangsa yang tidak mengenal huruf, tidak mengenal angka hingga mereka dapat membaca dan berhitung. beruntunglah dan bersyukurlah bila Anda menjadi seorang guru karena dapat bermanfaat bagi orang lain. Mulialah guru karena mereka punya peluang untuk menginspirasi siswa agar hidup mereka jauh lebih baik dari gurunya sendiri. Berbahagialah guru jika kelak murid-murid mereka menjadi orang yang hidupnya sukses nan bermanfaat bagi sesama. Itulah dahsyatnya menjadi guru.
     Guru, mereka yang telah membuatku seperti sekarang ini. Aku yang tidak bisa apa-apa, tapi berkat kebaikan, ketulusan dan kesabaran mereka aku dan teman-teman dapat membaca dan berhitung. anak-anak bangsa yang buta huruf karena adanya mereka (guru) anak bangsa dapat membaca, menulis dan berhitung dengan baik dan benar. Dan saya pun pernah mendengar bahwa kita hidup karena budi baik orang lain, contohnya kita bisa makan nasi karena petani, dan begitu juga kita. Kita dapat membaca, menulis dan menghitung karena budi baik guru kita di masa lalu.
     Begitu hebatnya seorang guru dimata saya dan dimata sebagian masyarakat yang menghargai profesi itu. Maka itulah yang membuat saya jatuh cinta terhadap profesi ini, sebuah profesi yang banyak memberikan manfaat untuk orang lain. Berawal dari kagumnya terhadap guru di masa kecil, hingga membuat saya bertekad akan menjadi guru saat sudah dewasa nanti. Walau sempat pernah berpikir untuk menghentikan bermimpi menjadi guru tapi kecintaan untuk menjadi guru tidak dapat dihilangkan sehingga cinta dan cita menjadi guru terus tertanam hingga sekarang. Life is choice, maka saya putuskan untuk memilih menjadi guru seperti guru-guru saya terdahulu waktu masa kecil. Saya pun terisnpirasi dari mereka. Saya ingin menjadi guru teladan dan professional.
     Konon mimpi adalah kunci untuk menaklukan dunia. Semua karya besar lahir lahir dari sebuah mimpi, yang bisa jadi dianggap konyol pada zamannya. Andai saja Wright bersaudara tidak terus bermimpi tentang kapal terbang atau manusia burung, bisa jadi saat ini kita masih berlayar dengan perahu jika ingin melintasi lautan. Andai Thomas Alfa Edison tidak bermimpi untuk menciptakan cahaya dalam gelap, pastilah lampu hanya jadi sebuah legenda. Maka andai Pak Anies Baswedan tidak pernah bermimpi bahwa ada ribuan anak muda yang rela dikirim ke daerah pelosok, sekedar untuk mengajar, dan menyalakan harapan pendidikan disana, maka pastilah Indonesia Mengajar hanya sebuah konsep yang bersarang di kepala. Maka saya akan mengabulkan mimpi itu dengan tangan saya, yaitu menjadi guru teladan.
     Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan untuk beribadah, dan saya berpikir salah satu beribadah adalah dapat beramal kepada orang lain. Menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia, karena guru adalah pewaris pekerjaan Rasulullah SAW. Hal ini disebutkan dalam salah satu hadist Nabi: “Sesungguhnya saya diutus ke dunia ini untuk mengajar.”. Profesi guru adalah tempat beramal yang paling mudah dan menyenangkan. Dengan menjadi seorang guru, kita dapat berbagi ilmu yang kita miliki terhadap anak didik kita. Memberikan ilmu yang kita miliki, kita telah mecetak generasi bangsa yang terdidik dengan tangan kita dan kita pun mendapat pahala atas hal itu. Seperti yang Allah katakana bahwa “Tarbiyah madal hayah”, pendidikan seumur hidup. Maka pendidikan itu tidak akan pernah dilupakan dan binasa karena pendidikan akan terus dibutuhkan sampai kapan pun. Pendidikan dimulai dari usia dini hingga usia senja. Guru tidak akan pernah kehabisan pekerjaan karena manusia akan terus ada, bahkan pertumbuhan di Indonesia begitu tinggi hingga penduduk di Indonesia begitu padat.
     Pernahkah kita sadari bahwa pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah, guru, dan orang tua siswa. Jika jawabannya ya, maka berhentilah memaki. Mendidik adalah tanggung jawab setiap yang terdidik. Alih-alih mengutuki sistem pendidikan yang tak kunjung beres, dana BOS yang alirannya masih simpang siur, kualitas guru yang mutunya mencemaskan, mengapa bukan kita yang memulai untuk menjadi pemberi manfaat? Kita yang mulai menyalakan pelita harapan di benak setiap anak, bahwa pendidikan berkualitas itu bukan mimpi. Dan semua orang berhak mendapatkannya. Berhentilah membicarakan polemik pendidikan negeri ini. Ayo berbuat, sekecil yang kita bisa! Karena seringkali ilmu sederhana yang kita punya jadi sangat luar biasa bagi orang yang membutuhkannya. Betapa banyak orang yang pintar membaca dan menulis, tapi hitunglah berapa orang yang mau mengajarkan hal tersebut. Berapa banyak orang yang pandai berhitung, tapi lihatlah berapa orang yang mau mengajarkannya. Berapa banyak orang terdidik yang mau mendidik. Maka saya ingin menjadi salah satu orang yang memberikan pelita untuk pemuda bangsa yang begitu diharapkan oleh Negara ini, Negara yang sedang berkembang. Biarkan saja banyak yang menilai guru itu adalah profesi yang biasa tapi menurut saya, guru adalah profesi yang luar biasa. Dapat berguna bagi bangsa ini adalah suatu kebanggaan sendiri dibanding mendapat sebuah berlian.
     Saya banyak mengambil pelajaran dari sebuah akar pohon. Akar adalah bagian tubuh yang paling tidak terlihat, namun justru paling kokoh dan berperan besar dalam menunjang kehidupan sebuah tanaman. Tujuannya hanya satu, mencarikan air untuk proses kehidupan. Ia gigih, tak berhenti meski dihadang batu atau jurang yang menganga. Dengan segala keyakinan, ia meliuk, mengantung, memutar, dan berjuta cara lainnya agar tiba di tempat air berkumpul. Akar begitu menjalani perannya dengan bersungguh-sungguh. Penuh tanggung jawab tanpa jumawa. Menjadi seorang pendidik adalah cara saya untuk meneladani akar. Darinya saya belajar untuk memiliki tekad, agar pantang menyerah hingga mencapai tujuan. Ia juga menjalani tugasnya dengan Konsisten. Terus bergerak tanpa henti. Pelan namun pasti. Agar berhasil, maka ia selalu ber-adaptasi dengan lingkungan yang ditemuinya. Dihadang beton, batu, pasir, kerikil, sungai, adalah cobaan kecil. Ia lalu melebur bersama alam, berbaur, dan menjadi bagian dari lingkungan agar tetap bisa melaju. Yang terpenting, di atas segalanya ia tetap rendah hati. Akar tidak pernah menjulang, melawan takdirnya. Ia selalu membumi, seperti ilmu padi yaitu semakin berisi semakin merunduk.
Profesi guru sudah saya idamkan dan saya sukai. Dan tahukah bahwa orang yang sedang mencintai atau suka akan melakukan sesuatu dengan ikhlas dan memberikan pengorbanan seutuhnya untuk yang dicintai. Ya, saya suka belajar dan mengajar. Saya suka bercerita dan berkegiatan bersama anak-anak. Saya suka berpetualang dan jalan-jalan untuk mengenal negeri ini. Tapi itu semua akan lebih berarti jika saya bisa ikut serta menghasilkan perubahan. Tentunya menjadi lebih baik. Saya ingin menjadi agent of change. Berbagi ilmu itu sangat istimewa. Ketika kita berbagi sesuatu hal yang bersifat materi, maka materi tersebut bisa saja habis dibagikan. Tetapi jika kita berbagi ilmu, ilmu tersebut tidak akan pernah habis, malah akan semakin banyak. Dan hebatnya ilmu tersebut akan bertambah secara exponensial. Misalnya, saya berbagi ilmu ke dua orang, lalu dua orang tersebut berbagi ke masing-masing dua orang, selanjutnya enam orang tersebut berbagi lagi ke orang lainnya, dan seterusnya.
    Guru menjadi pekerjaan yang sangat mulia, karena apa yang dikerjakan guru memiliki nilai sosial yang tinggi dalam membentuk masyarakat, dengan memberikan sumbangan ilmu melalui generasi penerus bangsa. Kemuliaan profesi guru dalam pandangan Islam juga tidak terlepas dari keberadaan Islam sebagai agama yang menjadikan menuntut ilmu dan mengajarkan sebagai suatu kewajiban. Maka orang yang sengaja tidak menuntut ilmu atau mengajarkannya akan diancam syara’ dengan siksaan, dan yang menyembunyikan ilmu yang bermanfaat akan dikekang pada hari kiamat dengan kekang yang terbuat dari api neraka. Dengan begitu Islam telah membebani kepada para guru dan orangtua dengan tanggungjawab yang besar dalam pengajaran. Hal ini tersurat dalam beberapa ayat-ayat Allah di dalam Al-Qur’anul Karim. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api], dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. (Al Baqarah:174). Dan saat ini profesi guru semakin dihargai oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Melalui Undang-Undang tersebut tingkat kesejahteraan guru dapat lebih terjamin, karena dengan adanya sertifikasi dapat meningkatkan penghasilan guru dua kali lipat, bahkan lebih. Maka dengan dihargainya seorang guru dengan dinaikkanya gaji guru, maka seharusnya kinerja kita sebagai seorang guru harus ditingkatkan dan jangan dilalaikan. Guru bukan seorang pengajar yang hanya mengajarkan huruf dan angka, tapi guru juga sebagai seorang pendidik, mendidik siswa agar menjadi anak yang mental baja dan berkepribadian ksatria. 
    Suatu harapan akan dapat terwujud bila ada tekad dan ikhtiar yang kuat. Bila ingin menjadi guru pembaharu bangsa, maka harus menyiapkan segala aspek yang mendukung hal tersebut. Seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi yaitu, kompetensi dalam hal yang mendukung agar ia menjadi guru professional, dengan mengikut workshop keguruan, pelatihan-pelatihan yang dapat menambah pengetahuan seorang guru. Kompetensi social, guru harus dapat berbaur bersama masyarakat luas, karena guru adalah salah satu contoh bagi masyarakat. Dan yang terpenting adalah kompetensi kognitif, guru tidak akan dapat mengajar dengan baik bila ia tidak menguasai bidang keahlian yang ia geluti, maka sebaiknya ia harus paham dan menguasai benar bidang keahlian yang ia akan ajarkan kepada anak didiknya. Bila semua kompetensi dapat guru lakukan maka tak ada kata tidak mungkin seorang guru dapat mencetak generasi bangsa yang hebat, yang dapat membangun negeri ini lebih baik dan lebih maju dari Negara lain. Guru adalah profesi saya, dan guru adalah kebanggaan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar