Selasa, 03 Desember 2013

Resume Filologi




 SEJARAH PERKEMBANGAN FILOLOGI
Ilmu filologi Yunani lamamerupakan ilmu yang penting untuk meyajikan kebudayaan Yunani lama, yang hingga abad ini tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai sumber dari segala imu pengetahuan. Kebudayaan Yunani lama tidak hanya berpengaruh di dunia Barat akan tetapi berpengaruh juga di bagian dunia yang lain, seperti kawasan Timur Tengah, Asia dan Asia Tenggara, serta kawasan Nusantara.
A.    Filologi di Eropa Daratan
Dalam sejarahnya, ilmu filologi tumbuh dan berkembang di kawasan kerajaan Yunani, yaitu di kota Iskandariyah di benua Afrika pantai utara. Dari kota ini filologi berkembang dan meluas di Eropa Daratan dan seterusnya ke bagian dunia yang lain.

1.      Awal Pertumbuhannya
Awal kegiatan filologi di kota Iskandariyah dilakukan oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M. Bangsa ini berhasil membaca naskah-naskah Yunani lama, yang kira-kira mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalm huruf Yunani kuno. Huruf ini berasal dari huruf bangsa Funisia. Naskah-naskah ini ditulis pada daun papirus dan merekam tradisi lisan yang mereka miliki berabad-abad sebelumnya. Mulai abad ke-8 sampai ke-3 S.M. naskah ituberkali-kali disalin, maka wajarlah kalau mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Para penggarap naskah-naskah dikenal dengan ahli filologi, dan yang pertama-tma memakai nama itu ialah Eratosthenes. Para ahli filologi pada waktu itu benar-benar memiliki ilmu yang luas, karena untuk memahami isi naskah itu orang harus mengenal hurufnya, bahasanya, dan ilmu yang dikandungnya. Metode yang mereka gunakan untuk menelaah naskah-naskah itu kemudian dikenal dengan ilmu filologi.
Bahan-bahan yang ditelaah pada awal pertumbuhan ilmu filologi antara lain karya sastra Homerus, tulisan Plato, Menander, Herodotus, Hippocrates, Socrates, dan Aristoteles, yang isinya meliputi berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat., serta karya sastra yang tinggi mutunya. Pecahnya Romawi pada abad ke-4 menjadi kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi selanjutnya.

2.      Filologi di Romawi Barat dan Romawi Timur
a.       Filologi di Romawi Barat
Kegiatan filologi di Romawi Barat diarahkan kepada penggarapan naskah-naskah dalam bahasa Latin yang sejak abad ke-3 S.M. telah digarap secara filologi. Naskah-naskah Latin itu berupa puisi dan prosa, antara lain tulisan Cicero dan Varro. Kegiatan ini mungkin mengikuti kegiatan filologi Yunani pada abad ke-3 S.M. di Isakandariyah, dan isi naskah-naskah itu banyak mewarnai dunia pendidikan di Eropa pada abad-abad selanjutnya.
b.      Filologi di Romawi Timur
Iskandariyah menjadi pusat studi bidang Filsafat Aristoteles, Beirut pada bidang hokum. Dalam periode itu mulai muncu kebiasaan menulis tafsir terhadap isi naskah-naskah pada tepi halaman. Catatan demikian itu disebut scholia. Tulisan Procopius pada umumnya mengenal beibei maka cara penulisan demikian itu dikenal penulisan baru dalam kajian Beibei.
3.      Filologi di Zaman Renaisans
Istilah renaisans mulai dipakai dengan pengertian perubahan di lapangan sejarah kebudayaan mengenai tanggapan hidup serta peralihan dari zaman pertengahan ke zaman baru. Renaisans dimulai dari Italia pada abad ke-13, kemudian menyebar ke Negara-negara Eropa lainnya, dan berakhir pada abad ke-16.
Kata humanism berasal dari kata humaniora  (kata Yunani) atau umanista (kata Latin), yang semula berarti guru yang mengelola tata bahasa retorika, puisi, dan filsafat. Berhubung bahan-bahan berasal dari teks-teks klasik, maka humanism lalu berarti aliran yang mempelajari sastra klasik yang isinya mengenai keagamaa, filsafat, ilmu hokum, sejarah, ilmu bahasa, kesastraan, dankesenian.

B.     Filologi di Kawasan Timur Tengah
Kedatangan bangsa Barat di kawasan Timur Tengah membuka kegiatan filologi terhadap karya-karya tersebut. Sehingga isi kandungan naskah-naskah itu dikenal di dunia Barat dan banyak yang menarik perhatian para orientalis Barat. Di Paris pada akhir abad ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuranoleh Silvester de Sacy dengan nama Ecole des Langues Orientalis Vivantes.
Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 sampai dengan abad ke-15 membuka dimensi baru bagi telaah karya tulis dari kawasan Timur Tengah yang masuk ke Eropa Daratan pada waktu itu.

C.    Filologi di Kawasan Asia: India
Filsafat Yunani diduga telah mempengaruhi sistem filsafat India Nyana dan Walsesika; doktrin Aristoteles telah mempengaruhi siloogisme India. Serta teori atom Empedocles berpengaruh pada huku atom India. Hiuen-tsing pada tahun 630-465, dan I-tsing pada tahun 671-695. Mereka telah menerjemahkan naskah-naskah India dalam bahasa Cina, bahkan I-tsing pernah menulis ringkasan delapan bab ilmu kedokteran India dalam bahasa Cina.
1)      Naskah-naskah India
Naskah-naskah bangsa India yang dipandang paling tua adalah kesastraan Weda, kitab suci agama Hindu, yang mengandung 4 bagian: Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atarwa-weda, yang disusun mungkin pada abad ke-6 S.M. Disamping  naskah-naskah yang bernapaskan agama dan filsafat naskah-naskah lama India juga berisi wiracarita.
2)      Telaah Filologi terhadap Naskah-naskah India
Tatabahasa Sansekerta mula-mula ditulis oleh Hanxleden, seorang pendeta berbangsa Jerman, dalam bahasa Latin. Karangan ini diterbitkan di Roma oleh seorang penginjil berbangsa Austria bernama Fra Paolo Bartolomeo pada tahun 1790, yang pernah tinggal di Malabar pada tahun 1776-1789. William Jones yang menjabat ketua mahkamah tinggi di Bnegal sejak tahun 1783, mendirikan The Asia Society di Calcutta dan pada tahun 174, menerjemahkan Sakuntala, Gitagowinda, kitab hokum Manu.

D.    Filologi di Kawasan Nusantara
Nusantara adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Kawasan ini, sebagi kawasan Asia pada umumnya, sejak kurun waktu yang lama memiliki peradaban yang tinggi dan mewariskan kebudayaannya kepada anak keturunannya melalui berbagai media, antara lain media tulisan yang berupa naskah-naskah. Kawasan Nusantara terbagi dalam banyak kelompok etnis, yang masing-masing memiliki bentuk kebudayaan yang khas, tanpa meninggalkan sifat kekhasan kebudayaan Nusantara. Kekayaan Nusantara akan naskah-naskah lama dibuktikan dengan jumlah koleksinya yang dewasa ini terdapat di berbagai pusat studi kebudayaan Timur pada umumnya
1.      Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat
Hasrat mengkaji naskah-naskah Nusantara mulai timbul dengan kehadiran bangsa Barat di kawasan ini pada abad ke-16. Frederick de Houtman, saudara laki-laki dan teman seperjalanan Cornelis de Houtman, yang minatnya terhadap kebudayaan Nusantara telah dibuktikan dalam karangannya berjudul Spraeck ende Woordboeck, inde Maleysche ende Madagakaskarsche Talen (terbit tahun 1603).
2.      Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil
Pada tahun 1629, tiga puluh tiga tahun setelah tibanya kapal Belanda pertama di kepulauan Nusantara, terbitlah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa Melayu. Seorang penginjil terkenal yangmenaruh minat kepada naskah-naskah Melayu adalah Dr. Melchior Leijdecker (1645-1701).
3.      Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara
Kajian ahli filologi terhadap naskah-naskah Nusantara bertujuan untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya, atau untuk kedua-duanya. Pada taraf awal kajian terhadap naskah-naskah itu terutama untuk tujuan penyuntingan. Berhubung dengan tenaga yang masih sangat terbatas. Maka kegiatan itu diarahkan untuk naskah Jawa dan Melayu.
Suntingan naskah dengan metode kritik teks, yang banyak dilakukan pada abad ke-20, menghasilkan suntingan yang lebih mantap daripada suntingan-suntingan sebelumnya. Terbitan jenis ini banyak yang disertai terjemahan dalam bahasa Belanda, Inggris, atau Jerman. Suntingan berdasarkan pendekatan filologi tradisional ini antara lain Het Boek der Duizend Vragen oleh G.F. Pijper (1924) berdasarkan naskah Hikayat Seribu Masalah, Shair Ken Tambuhan oleh Teeuw (1966), Hikayat Mahawangsa oleh Siti Hawa Saleh (1970), Arjunawijaya oleh S. Supomo (1977), Jnanasiddhanta oleh Haryati Soebadio (1971).  
Naskah-naskah sejarah yang telah banyak disunting dapat dimanfaatkan oleh ahli sejarah. Di anatara suntingan itu dikerjakan oleh Teuku Iskandar berjudul De Hikajat Atjeh (1959) berdasarkan naskah Hikayat Aceh; oleh Hoesien Djajadiningrat dengan judul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten (1913) berdasarkan naskah Babad Bnaten; oleh J.J. Ras berjudul Hikajat Bandjar (1968) berdasarkan naskah sejarah dari suatu kerajaan di Kalimantan; oleh P.J.Worsley berjudul Babad Buleleng (1972) berdasarkan naskah sejarah dari Bali. Semua suntingan ini menggunakan pendekatan kritik teks.
Pada periode mutakhir mulai dirintis telaah naskah-naskah Nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra (Barat). Misalnya analisis  struktur dan amanat terhadap naskah Hikayat Sri Rama dikerjakan oleh Achadiati Ikram berjudul Hikayat Sri Rama.
Pada dekade berikutnya dilakukan penelitian dengan menggunakan analisis intertekstual terhadap naskah Hikayat Merong Mahawangsa dikerjakan oleh Hnedrik M. Jan Maier berjudul Fragment of Reading: The Malay Hikayat Merong Mahwangsa (1985).  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar