Minggu, 08 Desember 2013

Pengertian, Konstituen, Konstruksi Batasan Kalimat



BAB I
PENDAHULUAN

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan perantaan kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. Tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. Tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat dengan baik.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal  subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian kalimat, struktur kalimat, konstruksi kalimat, konstituen kalimat, dan batasan kalimat.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif (berupa tanda titik), intonasi interogatif (berupa tanda tanya), intonasi imperatif (berupa tanda seru), dan intonasi interjektif (berupa kata dan tanda seru). Tanpa intonasi final, sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat.[1]
Seperti yang kita ketahui, bahwa bahasa terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk tersebut. Bentuk bahasa terdiri atas satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal. Satuan fonologi meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem (Ramlan, 1996).[2]
Dalam bahasa Indonesia, kalimat ada yang terdiri dari satu kata, misalnya Tadi; ada yang terdiri atas dua kata, misalnya dia peragawati; ada yang terdiri atas tiga kata, misalnya Ia sedang belajar; ada yang terdiri atas empat kata, lima kata, enam kata, tujuh kata, dan seterusnya. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsur, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1996).[3]
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.[4]

2.2 Struktur Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai berikut:
    • Terdiri atas satu klausa.
    • Unsur-unsurnya lengkap.
    • Susunan unsur-unsurnya menurut aturan yang paling umum.
    • Tidak mengandung pertanyaan dan pengingkaran.
Dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim (Alwi, et.al, 1998)[5]. Robert-Burton (1997), Chomsky (1985), Valin dan Lapola (1997) mengatakan, bahwa kalimat dasar terdiri atas sebuah frase benda (sebagai subjek) dan sebuah frase verba (sebagai predikat)[6].
Dalam bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar, yaitu:
·         KB+KB (kata benda+kata benda);
·         KB+KK (kata benda+kata kerja);
·         KB+KS (kata benda+Kata sifat);
·         KB+Kbil. (kata benda+kata bilangan); dan
·         KB+Kdep. (kata benda+kata depan).
Pada pola tersebut, kata benda pertama menunjukkan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.

2.3 Konstruksi dan Konstituen Kalimat
Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut (Alwi, et.al, 1998). Kelompok kata (frase) merupakan susunan kata-kata yang berfungsi dalam struktur kalimat dapat disebut konstituen (Burton-Roberts, 1997).[7]
Kalimat terdiri dari konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya bila diperlukan saja. Konstituen dasar biasanya berupa klausa. Namun, kata dan frase pun juga bisa menjadi konstituen pada kalimat minor atau jawaban singkat.
Contoh :
1.      Ardi membaca komik di kamar.
2.      Ardi membaca komik di kamar, sedangkan Fauzan membaca koran di teras.
3.      Ibu saya! (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat tanya : Siapa yang datang kemarin).
4.      Komik! (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat tanya : Buku apa yang dibaca Ardi).
Konstituen dasar kalimat (1) adalah sebuah klausa, konstituen dasar kalimat (2) adalah dua buah klausa, konstituen dasar kalimat (3) adalah sebuah frase, dan konstituen dasar kalimat (4) adalah sebuah kata. Masing-masing kalimat diberi intonasi final.
Pada dasarnya, analisis struktural suatu kalimat menetapkan pola hubungan konstituennya yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen-konstituen kalimat itu. Salah satu cara untuk menyatakan struktur konstituen kalimat adalah dengan menggunakan diagram. Struktur serta hierarki konstituen kalimat Orang itu membuang sampah ke selokan dapat dinyatakan dalam bentuk bagan berikut ini.

Orang
 
Ke selokan
 
Orang itu membuang sampah ke selokan.
 

            Pada bagan tersebut tampak bahwa kalimat Orang itu membuang sampah ke selokan mempunyai tiga konstituen berupa frase: orang itu, membuang sampah, dan ke selokan. Tiap-tiap kontituen itu terdiri atas dua konstituen yang lebih kecil, yaitu orang dan itu untuk orang itu, membuang dan sampah utntuk membuang sampah, serta ke dan selokan untuk ke selokan. Kata-kata pembentuk kalimat itu dikelompokkan ke dalam satuan-satuan orang itu, membuang sampah, dan ke selokan sepenuhnya berdasarkan hubungan kata-kata tersebut. Kata itu lebih erat hubungannya dengan orang daripada dengan membuang sehingga membentuk satu satuan yang lebih besar. Hubungan antara kata sampah dan membuang lebih erat daripada antara sampah dan ke, kata ke lebih dekat dengan selokan.
            Frase orang itu, membuang sampah, dan ke selokan pada bagan tersebut merupakan konstituen langsung kalimat Orang itu membuang sampah ke selokan karena merupakan konstituen yang setingkat lebih kecil dari konstruksi kalimat tersebut. Kata orang, itu, membuang, sampah, ke, dan selokan merupakan konstituen kalimat Orang itu membuang sampah ke selokan, tetapi bukan konstituen langsung karena terdapat satuan atau konstituen antara, yaitu frase orang itu, membuang sampah, dan ke selokan.
Walaupun kalimat dapat diuraikan menjadi untaian kata, penguraian itu tidak langsung dari kalimat ke kata. Di antara kalimat maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut. Analisis struktural suatu kalimat pada dasarnya adalah menetapkan pola hubungan konstituennya yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen-konstituen kalimat itu. Salah satu cara untuk menyatakan struktur konstituen kalimat adalah dengan menggunakan diagram.
Contoh: Anak itu melempar bola ke lapangan mempunyai tiga konstituen berupa frasa: Anak itu, melempar bola, dan lapangan. Tiap-tiap konstituen iu terdiri atas dua konstituen yang lebih kecil, yaitu anak dan itu untuk anak itu, melempar dan bola untuk melempar bola, serta ke dan lapangan untuk ke lapangan.

2.4 Unsur Wajib dan Unsur Tak Wajib
Kalimat minimal terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek. Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur yang kehadirannya selalu wajib.
Contoh: Barangkali mereka menghadiri pertemuan itu kemarin sore.
Kalimat di atas terdiri atas lima konstituen: (i) barangkali, (ii) mereka, (iii) menghadiri, (iv) pertemuan itu, dan (v) kemarin sore. Dari kelima konstituen itu, hanya barangkali dan kemarin sore yang dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, sedangkan yang lain tidak. Unsur wajib itu terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur takwajib terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan. Dengan demikian, bentuk mereka menghadiri pertemuan itu pada kalimat di atas termasuk unsur wajib kalimat, sedangkan barangkali dan kemarin sore unsur takwajib.

2.5 Batasan-batasan Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti dengan kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.

BAB III
PENUTUP


SIMPULAN

Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Kalimat dasar adalah kalimat yang mengandung hal-hal sebagai berikut:
    • Terdiri atas satu klausa.
    • Unsur-unsurnya lengkap.
    • Susunan unsur-unsurnya menurut aturan yang paling umum.
    • Tidak mengandung pertanyaan dan pengingkaran.
Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut. Kelompok kata (frase) merupakan susunan kata-kata yang berfungsi dalam struktur kalimat dapat disebut konstituen. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.


DAFTAR PUSTAKA


Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: Refika Aditama.


[1] Chaer, Abdul.2009.Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta:Rineka Cipta.Hal:44
[2] Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: refika Aditama. Hal: 19-20.
[3] Ibid. Hal:20.
[4] Ibid.
[5] Ibid. Hal: 25.
[6] Ibid.
[7] Ibid. Hal: 20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar