Judul Buku : Sastra Sufi Sebuah Antologi
Penerbit : Pustaka Firdaus 1991
Tebal
Buku : 300 + x Halaman
Biografi
Penulis:
Nama:
Abdul Hadi Widji Muthari
Lahir :
Sumenep, Jawa Timur, 24 Juni 1946
Sumenep, Jawa Timur, 24 Juni 1946
Pendidikan :
- SD, Pesongsongan ( 1958 )
- SMP, Sumenep (1961)
- SMA, Surabaya (1964)
- Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta (1964-1967)
- Fakultas Filsafat UGM (tingkat doktoral, 1971)
- SD, Pesongsongan ( 1958 )
- SMP, Sumenep (1961)
- SMA, Surabaya (1964)
- Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta (1964-1967)
- Fakultas Filsafat UGM (tingkat doktoral, 1971)
Karyanya (kumpulan puisi maupun cerita) antara lain:
- Laut Belum Pasang, Litera, 1971
- Potret Panjang Pengunjung Pantai Sanur, Pustaka Jaya, 1975
- Meditasi, Budaya Jaya, 1976 (mendapat hadiah Buku Puisi Terbaik DKJ)
- Anak Laut Anak Angin, Harapan, 1983
- Modin Karok, (Cerita Rakyat Madura), Balai Pustaka, 1983
- Keluarga Tikus (cerita anak-anak), Balai Pustaka, 1984
- Laut Belum Pasang, Litera, 1971
- Potret Panjang Pengunjung Pantai Sanur, Pustaka Jaya, 1975
- Meditasi, Budaya Jaya, 1976 (mendapat hadiah Buku Puisi Terbaik DKJ)
- Anak Laut Anak Angin, Harapan, 1983
- Modin Karok, (Cerita Rakyat Madura), Balai Pustaka, 1983
- Keluarga Tikus (cerita anak-anak), Balai Pustaka, 1984
-Sastra Sufi Sebagai Antologi, (Pustaka Firdaus), 1991
Kegiatan Lain :
- Redaktur Gema Mahasiswa UGM (1967-1968)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Teng (1969-1970)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Bar (1971-1974)
- Redaktur Pelaksana Budaya Jaya (1977-1978)
- Redaktur majalah Kadin (1979-1981)
- Redaktur Balai Pustaka (1981-1983)
- Redaktur Budaya Berita Buana (sejak 1979)
- Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1983)
- Dosen Universitas Paramadina (sekarang)
- Redaktur Gema Mahasiswa UGM (1967-1968)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Teng (1969-1970)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Bar (1971-1974)
- Redaktur Pelaksana Budaya Jaya (1977-1978)
- Redaktur majalah Kadin (1979-1981)
- Redaktur Balai Pustaka (1981-1983)
- Redaktur Budaya Berita Buana (sejak 1979)
- Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1983)
- Dosen Universitas Paramadina (sekarang)
Tinjauan Buku:
Cerita Perumpamaan
- Tentang
Pendidikan (Karya: Jalaludin Rumi)
Orang-orang yang mengendalikan tali kekang nafsunya dari
yang diharamkan berarti keberaniannya telah melampaui tokoh-tokoh perkasa
seperti Rustam dan Samson.
Budak hawa nafsu adalah
musuh yang paling mengerikan bagimu.
Jiwa raga kita bagaikan
kotta, yang mengandung kebaikann dan kejahatan. Kau adalah rajanya dan Akal
adalah menterilmu yang bijaksana.
Di kota itu, orang-orang yang keras kepala memperdagangkan
ketamakan dan kebakhilan mereka. Tawakal dan sederhana adalah warga yang harum
dan bijak. Nafsu dan menyia-nyiakan waktu adalah pencuri dan pencopet. Bila
raja mengasih orang jahat, bagaimana orang bijaksana bisa merasa tentram?
1.
Makna:
Pengendalian tali
kekang nafsu adalah sebuah keberanian yang melampaui tokoh-tokoh perkasa,
seperti raja dan pencuri.
2.
Rasa:
Nafsu
jahat
Iri
hati
Kebencian
bersatu padu dalam pembuluh darah
3.
Amanat:
Janganlah terbudaki
oleh awa nafsu, karena sesunguhnya ia adalah musuh yang paking mengerikan
bagimu.
-
Penindas dan Darwish (Karya: Jalaluddin
Rumi)
Seorang
yang hina jadi sahabat nasib baik
Orang
arif pilih tunduk kepadanya
Jika
tak benar-benar kuat
Jangan
asah senjatamu untuk maksud jahat
Jika
tinju dipukulkan pada orang yang kebal
Maka
tangan itu akan luka
Tunggu
nasib baik terikat padanya
Untuk
menyenangkan kawan-kawanya
Kepalamu
akan dipentungnya
1. Makna:
Seorang Darwish membalaskan dendam kepada Raja dengan
murkanya kepada serdadu yang menyebabkan terjeblosnya ke dalam sebuah sumur.
2. Rasa:
Sebuah
kehinaan bagi sahabat yang bernasib baik yang harus tunduk kepada orang arif.
3. Amanat:
Nasib baik itu tergantung kepada tangan seseorang yang
memegangnya, dan jangan sampai kepalamu terpentung oleh nasib tersebut.
Tasawuf, Tauhid, dan
Makrifat
-
Tentang Tasawuf (Al-Hujhwiri)
Sufi adalah sebuah nama yang diberikan
kepada wali-wali dan ahli-ahli kerohanian. Salah seorang syekh berkata “Dia
yang telah dimurnikan oleh cinta adalah murni, dan Dia yang telah terserap
dalam Kekasih dan menyangkal selain Dia adalah seorang sufi.” Nama itu
merupakan jawaban yang tak bersumber dari keperluan etimologis, oleh karena
tasawuf dimuliakan pada sekelompok orang yang menguasainya dari mana nama itu
berasal.
1.
Makna:
Kemurnian seorang sufi yaitu adalah dengan
terserapnya Kekasih (Allah) dan menyangkal selain Dia.
2.
Rasa:
Kemurnian nama
Ketenangan batin karena bersatu dengan Tuhan
3.
Amanat:
Dekatkanlah hati dan jiwa sedekat-dekatnya
kepada Allah untuk mencapai kesempurnaan batiniah.
-
Tentang Tauhid
Allah berfirman, “Tuhanmu satu dan
katakanlah Tuhan satu”. Dan nabi bersabda: “dulu adalah seorang lelaki yang tak
mempunyai amal baik kecuali menyeru bahwa Tuhan adalah satu ketika dia mau mati
berkatalah dia kepada kerabatnya: setelah aku mati bakarlah aku dan kumpulkan
abuku serta separuh jatuhkan di atas lautan ketika angin kencang dan separuhnya
lagi terbangkan di atas daratan, agar tiada sedikitpun bekaspun yang
tertinggal. Segera setelah dia mati dan permintaan telah dipenuhi, Tuhan
memerintahkan udara dan air agar menyimpan abu yang mereka terima sebagai hri
kebangkitan.
1.
Makna:
Persatuan yang hakiki (Tauhid) yaitu yang
mencangkup perkataan bahwa sesungguhnya Tuhan adalah Satu.
2.
Rasa:
Ketenangan dalam memiliki pengetauhan tentang kesatuan Tauhid
3.
Amanat:
Janganlah mempersekutukan Tuhan dengan
yang lain, bila manusia ingin mempersatukan Tauhid dengan Tuhannya.
-
Tentang Makrifat
Pemahaman punya dua dimensi logis:
keluasan dan luas. Kehidupan seorang ‘irfan (ahli makrifat) memiliki dua segi:
tradisi dn kewajiban. Keseluruhan makhluk atau ciptaan adalah di langit dan di
bumi.
1.
Makna:
Makrifah memiliki keluasan yang bersemayam di langit maupun
di bumi.
2.
Rasa:
Merasakan hakikat-Nya dalam keberadaan yang lebih tinggi di
atas objek-objek yang lainnya.
3.
Amanat:
Barang siapa yang mengetahui sesuatu
secara benar-benar hakiki maka ia akan menjadi lebih unggul.
Sajak-sajak
Cinta Persia
-
Nyala Cintamu
Tuhan, menemui Mu
Adalah satu-satunya hasratku
Namun memahami Mu
Jauh dari jangkauku
Mengingatmu adalah hiburan
Bagi hatiku rengsa
Membayangkanmu adalah teman setiaku
Kusebut nama Mu berulang-ulang siang malam
Nyala cinta Mu kemilau
Menerangi gelap malam-malamku
1.
Makna:
Bersatunya Tuhan dalam hasrat hamba-Nya
2.
Rasa:
Rengsa
Hiburan karena kedekatan kepada Tuhan
3.
Amanat:
Ingat dan sebutlah nama Tuhan untuk
menyalakan cintamu akan-Nya demi menerangi jalan kehidupanmu.
-
Hanya Kau
Di tubuh ini hidup hanya tergetar oleh Mu
Hatiku berdebar-debar mengikuti kehendakmu
Bila seikat rumput tumbuh atas tanahku
Setiap belati akan gemetar oleh takwaku kepada Mu
1.
Makna:
Hidupnya sebuah takwa yang mengikuti
kehendak-Nya
2.
Rasa:
Hati tergetar dan
bergetar-getar
Gemetar
3.
Amanat:
Tingkatkanlah ketakwaanmu pada-Nya bila
jiwamu ingin selalu bersama-Nya.
Tuhan,
Keindahan dan Cinta
-
Cinta
Hatiku mencemburui pandangan senang mataku
Dan mataku iri pada kekhusyukan hatiku
1.
Makna:
Kecemburuan antara hati dan mata dalam
mendekatkan diri kepada-Nya
2.
Rasa:
Cemburu dan iri
3.
Amanat:
Seimbangkanlah antara hati dan mata dalam
memperoleh kekhusyukan
-
Keindahan
Keindahan
di mana pun ia tampak
Pada
manusia, hewan, atau tumbuhan
Dan
logam mulia
Merupakan
ayat-ayat Tuhan
Sebagai
perwujudan keagungan diri-Nya.
1.
Makna:
Keindahan Tuhan dapat tampak pada semua ciptaan-Nya
2.
Rasa:
Keindahan ayat-ayat Tuhan
Keagungan Tuhan
3.
Amanat:
Wujudkanlah keagungan Diri-Nya dengan
mensyukuri segala keindahan-Nya.
-
Penciptaan
Dari semua kekekalan Kekasih menyingkat keindahan-Nya
Dalam kesendirian tak terlihat
Dia menghadapkan cermin kepada wajah-Nya sendiri
Dia menunjukkan pesona-Nya kepada Diri-Nya sendiri
Dia adalah yang menonton dan yang ditonton
Tanpa mata namun penglihatan-Nya menjelajahi semesta
1.
Makna:
Keindahan Tuhan dalam penglihatan-Nya yang tanpa batas
2.
Rasa:
Keindahan pesona Allah
3.
Amanat:
Setiap tindak-tanduk manusia akan selalu diawasi oleh Tuhan
Diwan dan Matsnawi
Rumi
-
Cinta (Karya: Jalaludin Rumi)
Karena cinta duri
menjadi mawar
Karena cinta cuka
menjelma anggur segar
Karena cinta pentungan
jadi mahkota penawar
Karena
cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena
cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena
cinta tumpukan debu kelihatan sebagai taman
Karena
cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangan
Karena
cinta syetan berubah menjadi bidadari
Karena
cinta batu yang keras menjadi lembut bagai mentega
Karena
cinta duka menjadi riang gembira
Karena
cinta hantu berubah menjadi malaikat
Karena
cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Karena
cinta sakit jadi sehat
Karena
cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan
1.
Makna:
Manisnya cinta yang merubah segala kepahitan
2.
Rasa:
Kesenangan
Keindahan
Hati yang berkobar-kobar
3.
Amanat:
Jadikan apapun yang pahit menjadi manis
karena cinta
Sa’di, Omar Khayyam,
Hafiz, Iraqi dan Jami
-
Karam
Mataku membanjir rinduku kehendak-Nya
Hatiku membakar dihati nafsunya
Dalam semua aku hapus, dalam banjir karram dalam api hangus
1.
Makna:
Tenggelamnya hati dalam sebuah kerinduan
2.
Rasa:
Kerinduan yang menggebu-gebu
3.
Amanat:
Jangan biarkan hatimu terbakar oleh api nafsu.
Empat Penyair Arab
-
Ku Pergi
Jika ku pergi mencari Dia
Takkan putus ku mencari
Jika menjelang kehadrat-Nya
Melejitlah Dia dari ku
Walau tak jauh dari mataku
Tiada aku melihat-Nya
Semula dalam diriku Dia ada
Tapi tak bertemu sepanjang hayatku
1.
Makna:
Ketidakputusasaan seorang hamba dalam mencari kehadirat
Tuhannya
2.
Rasa:
Optimis dalam mencari kebenaran Tuhan
3.
Amanat:
Tetaplah mencari kebenaran Tuhan, sepanjang hayatmu.
Sajak-sajak Sufi dari Turki, India
dan Pakistan
-
Esrefoglu
Memberi dunia tanpa mengharap imbalan
adalah cinta
Membiarkan hidup mengalir jauh adalah
cinta
Menghidangkan madu di tanganmu untuk
orang lain
Dan racun dimakan sendiri adalah cinta
Wabah jauh dari langit seperti hujan
lebat
Menegakkan kepala menghadapinya adalah
cinta
Alam semseta ini adalah lautan api
membara
Mengkaram diri ke dalamnya adalah cinta
Esrefoglu, kenalilah hakikat ini
Menjadikan tubuh fana adalah cinta
1. Makna:
Ikhlas dalam hakikat yang sebenarnya adalah cinta
yang sesungguhnya
2. Rasa:
Pasrah dan ikhlas dalam hidup demi cinta
3. Amanat:
Kenalilah hakikat cinta yang sesungguhnya
Sastra
Sufi dan Pengaruhnya di Indonesia
-
Manusia
Subhanallah
apa hal segala manusia
Yang
tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah
itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang
ada dahulu padanya terlalu mulia
1. Makna:
Penciptaan manusia yang pada dasarnya mulia, namun
kemudiansemua kembali kepada amal itu sendiri
2. Rasa:
Sia-sia dalam akhir
kehidupan
3. Amanat:
Berusahalah menjadi
manusia yang mendekati kesempurnaan untuk menuju kemuliaan
Hikmah-hikmah
-
Pertanyaan Kelima?
O, katakan padaku siapa aku dan
terangkan
Apakah gerangan tujuan penyelidikan
diri?
1. Makna:
Siapakah diri kita sebenarnya
2. Rasa:
Keingintahuan akan kepribadian kita yang
sesungguhnya
3. Amanat:
Carilah tujuan dari penyelidikan dan intropeksi diri
Kelebihan Buku:
Karya Abdul Hadi W. M yang berjudul Sastra Sufi Sebuah Antologi ini adalah
sebuah buku yang berisikan sajak-sajak dan dan beberapa kutipan uraian tasawuf.
Yang ditekankan di sini hanyalah hal yang sederhana saja, bahwa seperti
kebenaran dan kebaikan, cinta dan keindahan sebagai ide puitik pada hakekatnya
adalah kenyataan-kenyataan spiritual atau kerohanian. Dan kerinduan manusia
adalah sesuatu yang bersifat kerohanian. Dari titik ini kita bisa mengatakan
bahwa melalui karangan-karangannya yang mempesona para sufi berusaha memenuhi
cita rasa dan cita hati manusia.
Tasawuf di sini bertujuan untuk
membangunkan dorongan pada manusia, yakni dorongan untuk mewujudkan diri secara
menyeluruh sebagai makhluk yang bersifat kerohanian. Di samping tema seperti
cinta, persoalan tauhid dan segala yang berhubungan dengan Tuhan , sajak-sajak dan
karya-karya prosa para sufi ini juga bertema sosial dan moral serta tentang
pendidikan. Mereka tidak cuma menulis tentang penngalaman-pengalaman mistis
mereka saja, akan tetapi mereka juga menulis karya-karya yang bersifat social
dan politik dan pemerintahan. Mereka menyatukan dimensi social dengan dimensi
spiritual (pengalaman-pengalaman mistisisme yang mareka peroleh). Segi penting
yang selalu ditekankan oleh para ahli dalam membicarakan hubungan sastra
keagamaan yang mendalam, termasuk sastra Sufi, ialah segi profetiknya (unsur
kenabian). Segi ini, yang akan disebut sebagai ‘semangat profetik’ apabila
diteliti memang penting untuk dikaji. Merupakan segi yang sentral, pusat
bertemunya dimensi sosial dan spiritual di dalam penciptaan karya sastra.
Dimensi sosial menunjuk pada
kehidupan kemanusiaan kita yang bersifat terbuka, dan dimensi spiritual menunjuk
pada tujuan kehidupan yang lebih tinggi, yang berpuncak pada Yang Gaib. Dimensi
yang kedua ini memberikan kedalaman pada suatu karya, yang berunsur nilai-nilai
kerohanian, membuat suatu karya seni bersifat meninggi. Sebenarnya
cita-cita semua sastra keagamaan memang begitu, seperti hakiki ajaran agama itu
sendiri, yaitu menyatukan dimensi sosial dan spiritualisme.
Kenyataan
ini menunjukkan bahwa para penyair sufi ini bukan saja merupakan penghubung
antara semangat keagamaan dan tradisi sastra. Namun juga sebagai penghubung
antara semangat keagamaan dan semangat nasionalisme. Sebagai penghubung antara
tradisi keagamaan dengan tradisi sastra hal itu dimungkinkan bukan saja oleh
karena sebagian dari mereka adalah para ulama, seperti Jalaludin Rummi, Hamzah
Fansuri, Jami, dan yang lainnya. Namun juga oleh karena pengalaman dan
penghayatan estetik, yang memainkan peranan penting dalam usaha mereka mencapai
Tuhan, pada puncaknya mempunyai kualitas religius dan mistis karena menyentuh
dunia yang spiritual. Tuhan itu sendiri Maha Indah, seperti dinyatakan oleh
Hadits, dan menyukai keindahan, dan pengalaman estetis bertalian dengan
keindahan yang spiritual dan supernatural ini. Namun, berbeda dengan
karya-karya pengarang sekuler dan atheis, karya-karya mereka disinari oleh
cahaya ajaran kerohanian yang luhur. Sajak-sajak mereka misalnya bukan saja
mempesona, namun mempunyai daya gugah yang luar biasa dalam membangunkan
semangat perlawanan.
Tanggapan dari Para Sastrawan:
Kuntowijoyo
Kuntowijoyo membicarakan perlunya menegakkan kembali
‘etika profetik’ dalam Temu Budaya 1986 di TIM, yaitu etika yang selain berakar
di bumi juga berakar di langit, dia juga menunjuk pentingnya sastra profetik
dikaji. Pentingnya sastra profetik, dan relevansinya bisa dilihat pada semakin
anthusiasnya orang dan pemikir dewasa ini membicarakan dan mengulas karya-karya
para penyair dan sastrawan profetik seperti Goethe, Dostoyevski, Jalaluddin
Rumi, Mohammad Iqbal, T. S. Eliot, Frederich Hoelderlin dan lain-lain. Dari
karya karya mereka, yang di antaranya telah ditulis ratusan tahun yang lalu,
telah ternyata, bahwa tersimpul pesan profetik dan kerohanian yang sangat
diperlukan oleh banyak manusia modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar