Rabu, 11 Desember 2013

TINJAUAN “SASTRA SUFI SEBUAH ANTOLOGI”



Judul Buku    : Sastra Sufi Sebuah Antologi
Penulis            : Abdul Hadi W. M
Penerbit          : Pustaka Firdaus 1991    
Tebal Buku    : 300 + x Halaman
Biografi Penulis:
Nama:
Abdul Hadi Widji Muthari
Lahir :
Sumenep, Jawa Timur, 24 Juni 1946
Pendidikan :
- SD, Pesongsongan ( 1958 )
- SMP, Sumenep (1961)
- SMA, Surabaya (1964)
- Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta (1964-1967)
- Fakultas Filsafat UGM (tingkat doktoral, 1971)
Karyanya (kumpulan puisi maupun cerita) antara lain:
- Laut Belum Pasang, Litera, 1971
- Potret Panjang Pengunjung Pantai Sanur, Pustaka Jaya, 1975
- Meditasi, Budaya Jaya, 1976 (mendapat hadiah Buku Puisi Terbaik DKJ)
- Anak Laut Anak Angin, Harapan, 1983
- Modin Karok, (Cerita Rakyat Madura), Balai Pustaka, 1983
- Keluarga Tikus (cerita anak-anak), Balai Pustaka, 1984
-Sastra Sufi Sebagai Antologi, (Pustaka Firdaus), 1991
Kegiatan Lain :
- Redaktur Gema Mahasiswa UGM (1967-1968)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Teng (1969-1970)
- Redaktur Mahasiswa Indonesia Edisi Ja-Bar (1971-1974)
- Redaktur Pelaksana Budaya Jaya (1977-1978)
- Redaktur majalah Kadin (1979-1981)
- Redaktur Balai Pustaka (1981-1983)
- Redaktur Budaya Berita Buana (sejak 1979)
- Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1983)
- Dosen Universitas Paramadina (sekarang)
Tinjauan Buku:
Cerita Perumpamaan
-       Tentang Pendidikan (Karya: Jalaludin Rumi)
           Orang-orang yang mengendalikan tali kekang nafsunya dari yang diharamkan berarti keberaniannya telah melampaui tokoh-tokoh perkasa seperti Rustam dan Samson.
Budak hawa nafsu adalah musuh yang paling mengerikan bagimu.
Jiwa raga kita bagaikan kotta, yang mengandung kebaikann dan kejahatan. Kau adalah rajanya dan Akal adalah menterilmu yang bijaksana.
           Di kota itu, orang-orang yang keras kepala memperdagangkan ketamakan dan kebakhilan mereka. Tawakal dan sederhana adalah warga yang harum dan bijak. Nafsu dan menyia-nyiakan waktu adalah pencuri dan pencopet. Bila raja mengasih orang jahat, bagaimana orang bijaksana bisa merasa tentram?

1.   Makna:
Pengendalian tali kekang nafsu adalah sebuah keberanian yang melampaui tokoh-tokoh perkasa, seperti raja dan pencuri.
2.   Rasa:
Nafsu jahat
Iri hati
Kebencian bersatu padu dalam pembuluh darah
3.   Amanat:
Janganlah terbudaki oleh awa nafsu, karena sesunguhnya ia adalah musuh yang paking mengerikan bagimu.

-       Penindas dan Darwish (Karya: Jalaluddin Rumi)
Seorang yang hina jadi sahabat nasib baik
Orang arif pilih tunduk kepadanya
Jika tak benar-benar kuat
Jangan asah senjatamu untuk maksud jahat
Jika tinju dipukulkan pada orang yang kebal
Maka tangan itu akan luka
Tunggu nasib baik terikat padanya
Untuk menyenangkan kawan-kawanya
Kepalamu akan dipentungnya
1.      Makna:
Seorang Darwish membalaskan dendam kepada Raja dengan murkanya kepada serdadu yang menyebabkan terjeblosnya ke dalam sebuah sumur.
2.      Rasa:
Sebuah kehinaan bagi sahabat yang bernasib baik yang harus tunduk kepada orang arif.
3.      Amanat:
Nasib baik itu tergantung kepada tangan seseorang yang memegangnya, dan jangan sampai kepalamu terpentung oleh nasib tersebut.

Tasawuf, Tauhid, dan Makrifat
-          Tentang Tasawuf (Al-Hujhwiri)
Sufi adalah sebuah nama yang diberikan kepada wali-wali dan ahli-ahli kerohanian. Salah seorang syekh berkata “Dia yang telah dimurnikan oleh cinta adalah murni, dan Dia yang telah terserap dalam Kekasih dan menyangkal selain Dia adalah seorang sufi.” Nama itu merupakan jawaban yang tak bersumber dari keperluan etimologis, oleh karena tasawuf dimuliakan pada sekelompok orang yang menguasainya dari mana nama itu berasal.
1.      Makna:
Kemurnian seorang sufi yaitu adalah dengan terserapnya Kekasih (Allah) dan menyangkal selain Dia.
2.      Rasa:
Kemurnian nama
Ketenangan batin karena bersatu dengan Tuhan
3.      Amanat:
Dekatkanlah hati dan jiwa sedekat-dekatnya kepada Allah untuk mencapai kesempurnaan batiniah.

-          Tentang Tauhid
Allah berfirman, “Tuhanmu satu dan katakanlah Tuhan satu”. Dan nabi bersabda: “dulu adalah seorang lelaki yang tak mempunyai amal baik kecuali menyeru bahwa Tuhan adalah satu ketika dia mau mati berkatalah dia kepada kerabatnya: setelah aku mati bakarlah aku dan kumpulkan abuku serta separuh jatuhkan di atas lautan ketika angin kencang dan separuhnya lagi terbangkan di atas daratan, agar tiada sedikitpun bekaspun yang tertinggal. Segera setelah dia mati dan permintaan telah dipenuhi, Tuhan memerintahkan udara dan air agar menyimpan abu yang mereka terima sebagai hri kebangkitan.

1.      Makna:
Persatuan yang hakiki (Tauhid) yaitu yang mencangkup perkataan bahwa sesungguhnya Tuhan adalah Satu.
2.      Rasa:
Ketenangan dalam memiliki pengetauhan tentang kesatuan Tauhid
3.      Amanat:
Janganlah mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, bila manusia ingin mempersatukan Tauhid dengan Tuhannya.




-          Tentang Makrifat
Pemahaman punya dua dimensi logis: keluasan dan luas. Kehidupan seorang ‘irfan (ahli makrifat) memiliki dua segi: tradisi dn kewajiban. Keseluruhan makhluk atau ciptaan adalah di langit dan di bumi.

1.      Makna:
Makrifah memiliki keluasan yang bersemayam di langit maupun di bumi.
2.      Rasa:
Merasakan hakikat-Nya dalam keberadaan yang lebih tinggi di atas objek-objek yang lainnya.
3.      Amanat:
Barang siapa yang mengetahui sesuatu secara benar-benar hakiki maka ia akan menjadi lebih unggul.

Sajak-sajak Cinta Persia
-          Nyala Cintamu
Tuhan, menemui Mu
Adalah satu-satunya hasratku
Namun memahami Mu
Jauh dari jangkauku
Mengingatmu adalah hiburan
Bagi hatiku rengsa
Membayangkanmu adalah teman setiaku
Kusebut nama Mu berulang-ulang siang malam
Nyala cinta Mu kemilau
Menerangi gelap malam-malamku

1.      Makna:
Bersatunya Tuhan dalam hasrat hamba-Nya
2.      Rasa:
Rengsa
Hiburan karena kedekatan kepada Tuhan
3.      Amanat:
Ingat dan sebutlah nama Tuhan untuk menyalakan cintamu akan-Nya demi menerangi jalan kehidupanmu.

-          Hanya Kau
Di tubuh ini hidup hanya tergetar oleh Mu
Hatiku berdebar-debar mengikuti kehendakmu
Bila seikat rumput tumbuh atas tanahku
Setiap belati akan gemetar oleh takwaku kepada Mu

1.      Makna:
Hidupnya sebuah takwa yang mengikuti kehendak-Nya
2.      Rasa:
Hati tergetar dan bergetar-getar
Gemetar
3.      Amanat:
Tingkatkanlah ketakwaanmu pada-Nya bila jiwamu ingin selalu bersama-Nya.

Tuhan, Keindahan dan Cinta
-          Cinta
Hatiku mencemburui pandangan senang mataku
Dan mataku iri pada kekhusyukan hatiku

1.      Makna:
Kecemburuan antara hati dan mata dalam mendekatkan diri kepada-Nya
2.      Rasa:
Cemburu dan iri
3.      Amanat:
Seimbangkanlah antara hati dan mata dalam memperoleh kekhusyukan


-          Keindahan
Keindahan di mana pun ia tampak
Pada manusia, hewan, atau tumbuhan
Dan logam mulia
Merupakan ayat-ayat Tuhan
Sebagai perwujudan keagungan diri-Nya.

1.      Makna:
Keindahan Tuhan dapat tampak pada semua ciptaan-Nya
2.      Rasa:
Keindahan ayat-ayat Tuhan
Keagungan Tuhan
3.      Amanat:
Wujudkanlah keagungan Diri-Nya dengan mensyukuri segala keindahan-Nya.

-          Penciptaan
Dari semua kekekalan Kekasih menyingkat keindahan-Nya
Dalam kesendirian tak terlihat
Dia menghadapkan cermin kepada wajah-Nya sendiri
Dia menunjukkan pesona-Nya kepada Diri-Nya sendiri
Dia adalah yang menonton dan yang ditonton
Tanpa mata namun penglihatan-Nya menjelajahi semesta

1.      Makna:
Keindahan Tuhan dalam penglihatan-Nya yang tanpa batas
2.      Rasa:
Keindahan pesona Allah
3.      Amanat:
Setiap tindak-tanduk manusia akan selalu diawasi oleh Tuhan


Diwan dan Matsnawi Rumi
-          Cinta (Karya: Jalaludin Rumi)
Karena cinta duri menjadi mawar
Karena cinta cuka menjelma anggur segar
Karena cinta pentungan jadi mahkota penawar
Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Karena cinta tumpukan debu kelihatan sebagai taman
Karena cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangan
Karena cinta syetan berubah menjadi bidadari
Karena cinta batu yang keras menjadi lembut bagai mentega
Karena cinta duka menjadi riang gembira
Karena cinta hantu berubah menjadi malaikat
Karena cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Karena cinta sakit jadi sehat
Karena cinta amarah berubah menjadi keramah-tamahan
1.      Makna:
Manisnya cinta yang merubah segala kepahitan
2.      Rasa:
Kesenangan
Keindahan
Hati yang berkobar-kobar
3.      Amanat:
Jadikan apapun yang pahit menjadi manis karena cinta

Sa’di, Omar Khayyam, Hafiz, Iraqi dan Jami
-          Karam
Mataku membanjir rinduku kehendak-Nya
Hatiku membakar dihati nafsunya
Dalam semua aku hapus, dalam banjir karram dalam api hangus
1.      Makna:
Tenggelamnya hati dalam sebuah kerinduan
2.      Rasa:
Kerinduan yang menggebu-gebu
3.      Amanat:
Jangan biarkan hatimu terbakar oleh api nafsu.

Empat Penyair Arab
-          Ku Pergi
Jika ku pergi mencari Dia
Takkan putus ku mencari
Jika menjelang kehadrat-Nya
Melejitlah Dia dari ku
Walau tak jauh dari mataku
Tiada aku melihat-Nya
Semula dalam diriku Dia ada
Tapi tak bertemu sepanjang hayatku

1.      Makna:
Ketidakputusasaan seorang hamba dalam mencari kehadirat Tuhannya
2.      Rasa:
Optimis dalam mencari kebenaran Tuhan
3.      Amanat:
Tetaplah mencari kebenaran Tuhan, sepanjang hayatmu.

Sajak-sajak Sufi dari Turki, India dan Pakistan
-          Esrefoglu
Memberi dunia tanpa mengharap imbalan adalah cinta
Membiarkan hidup mengalir jauh adalah cinta
Menghidangkan madu di tanganmu untuk orang lain
Dan racun dimakan sendiri adalah cinta
Wabah jauh dari langit seperti hujan lebat
Menegakkan kepala menghadapinya adalah cinta
Alam semseta ini adalah lautan api membara
Mengkaram diri ke dalamnya adalah cinta
Esrefoglu, kenalilah hakikat ini
Menjadikan tubuh fana adalah cinta

1.      Makna:
Ikhlas dalam hakikat yang sebenarnya adalah cinta yang sesungguhnya
2.      Rasa:
Pasrah dan ikhlas dalam hidup demi cinta
3.      Amanat:
Kenalilah hakikat cinta yang sesungguhnya

Sastra Sufi dan Pengaruhnya di Indonesia
-          Manusia
Subhanallah apa hal segala manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah itu kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu padanya terlalu mulia

1.      Makna:
Penciptaan manusia yang pada dasarnya mulia, namun kemudiansemua kembali kepada amal itu sendiri
2.      Rasa:
Sia-sia dalam akhir kehidupan
3.      Amanat:
Berusahalah menjadi manusia yang mendekati kesempurnaan untuk menuju kemuliaan



Hikmah-hikmah
-           Pertanyaan Kelima?
O, katakan padaku siapa aku dan terangkan
Apakah gerangan tujuan penyelidikan diri?

1.      Makna:
Siapakah diri kita sebenarnya
2.      Rasa:
Keingintahuan akan kepribadian kita yang sesungguhnya
3.      Amanat:
Carilah tujuan dari penyelidikan dan intropeksi diri

Kelebihan Buku:
            Karya Abdul Hadi W. M yang berjudul Sastra Sufi Sebuah Antologi ini adalah sebuah buku yang berisikan sajak-sajak dan dan beberapa kutipan uraian tasawuf. Yang ditekankan di sini hanyalah hal yang sederhana saja, bahwa seperti kebenaran dan kebaikan, cinta dan keindahan sebagai ide puitik pada hakekatnya adalah kenyataan-kenyataan spiritual atau kerohanian. Dan kerinduan manusia adalah sesuatu yang bersifat kerohanian. Dari titik ini kita bisa mengatakan bahwa melalui karangan-karangannya yang mempesona para sufi berusaha memenuhi cita rasa dan cita hati manusia.
            Tasawuf di sini bertujuan untuk membangunkan dorongan pada manusia, yakni dorongan untuk mewujudkan diri secara menyeluruh sebagai makhluk yang bersifat kerohanian. Di samping tema seperti cinta, persoalan tauhid dan segala yang berhubungan dengan Tuhan , sajak-sajak dan karya-karya prosa para sufi ini juga bertema sosial dan moral serta tentang pendidikan. Mereka tidak cuma menulis tentang penngalaman-pengalaman mistis mereka saja, akan tetapi mereka juga menulis karya-karya yang bersifat social dan politik dan pemerintahan. Mereka menyatukan dimensi social dengan dimensi spiritual (pengalaman-pengalaman mistisisme yang mareka peroleh). Segi penting yang selalu ditekankan oleh para ahli dalam membicarakan hubungan sastra keagamaan yang mendalam, termasuk sastra Sufi, ialah segi profetiknya (unsur kenabian). Segi ini, yang akan disebut sebagai ‘semangat profetik’ apabila diteliti memang penting untuk dikaji. Merupakan segi yang sentral, pusat bertemunya dimensi sosial dan spiritual di dalam penciptaan karya sastra.
            Dimensi sosial menunjuk pada kehidupan kemanusiaan kita yang bersifat terbuka, dan dimensi spiritual menunjuk pada tujuan kehidupan yang lebih tinggi, yang berpuncak pada Yang Gaib. Dimensi yang kedua ini memberikan kedalaman pada suatu karya, yang berunsur nilai-nilai kerohanian, membuat suatu karya seni bersifat meninggi. Sebenarnya cita-cita semua sastra keagamaan memang begitu, seperti hakiki ajaran agama itu sendiri, yaitu menyatukan dimensi sosial dan spiritualisme.
            Kenyataan ini menunjukkan bahwa para penyair sufi ini bukan saja merupakan penghubung antara semangat keagamaan dan tradisi sastra. Namun juga sebagai penghubung antara semangat keagamaan dan semangat nasionalisme. Sebagai penghubung antara tradisi keagamaan dengan tradisi sastra hal itu dimungkinkan bukan saja oleh karena sebagian dari mereka adalah para ulama, seperti Jalaludin Rummi, Hamzah Fansuri, Jami, dan yang lainnya. Namun juga oleh karena pengalaman dan penghayatan estetik, yang memainkan peranan penting dalam usaha mereka mencapai Tuhan, pada puncaknya mempunyai kualitas religius dan mistis karena menyentuh dunia yang spiritual. Tuhan itu sendiri Maha Indah, seperti dinyatakan oleh Hadits, dan menyukai keindahan, dan pengalaman estetis bertalian dengan keindahan yang spiritual dan supernatural ini. Namun, berbeda dengan karya-karya pengarang sekuler dan atheis, karya-karya mereka disinari oleh cahaya ajaran kerohanian yang luhur. Sajak-sajak mereka misalnya bukan saja mempesona, namun mempunyai daya gugah yang luar biasa dalam membangunkan semangat perlawanan.
Tanggapan dari Para Sastrawan:
Kuntowijoyo
Kuntowijoyo membicarakan perlunya menegakkan kembali ‘etika profetik’ dalam Temu Budaya 1986 di TIM, yaitu etika yang selain berakar di bumi juga berakar di langit, dia juga menunjuk pentingnya sastra profetik dikaji. Pentingnya sastra profetik, dan relevansinya bisa dilihat pada semakin anthusiasnya orang dan pemikir dewasa ini membicarakan dan mengulas karya-karya para penyair dan sastrawan profetik seperti Goethe, Dostoyevski, Jalaluddin Rumi, Mohammad Iqbal, T. S. Eliot, Frederich Hoelderlin dan lain-lain. Dari karya karya mereka, yang di antaranya telah ditulis ratusan tahun yang lalu, telah ternyata, bahwa tersimpul pesan profetik dan kerohanian yang sangat diperlukan oleh banyak manusia modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar