A.
Pengertian
Belajar
Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya
mendapatkan kepandaian”.[1]
Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh
Witherington (1952 h.165) “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and
Crow (1958 h.225) “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan
pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard (1962 h.252)
“Belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncuk atau berubah karena
adanya repons terhadap sesuatu situasi”. Mengenai peranan unsur pengalaman
dalam belajar Di Vesta and Thompson (1970 h.256) belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.[2]
Selanjutnya Nana Sudjana
mengatakan bahwa “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.”[3]Belajar
disebut juga proses aksi reaksi serta interaksi atau hubungan antara seseorang
dengan seseorang yang lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa
berinteraksi dengan guru, serta siswa
berinteraksi dengan siswa yang kemudian akan menimbulkan pengalaman baru, baik
bagi siswa maupun bagi gurunya.
B.
Pengertian Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Minat adalah minat adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu.[4]Sedangkan
Abdul
Rahman Shaleh mendefinisikan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai
suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengandisertaiperasaansenang.”[5]
Minat merupakan sifat yang
relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya
terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu
yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Seseorang akan melakukan
sesuatu yang menurutnya bermanfaat baginya serta dapat memenuhi kebutuhannya.
Jadi seseorang akan mempunyai minat yang tinggi pada sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya sendiri. Apabila sesuatu tersebut dipandangnya tidak bermanfaat
bagi dirinya serta tidak sesuai dengan keinginannya maka ia tidak akan menaruh
minat pada hal tersebut.
Seorang siswa akan memiliki minat yang tinggi pada
pembelajaran Drama apabila pembelajarannya tidak monoton serta penyampaian sang
guru menarik bagi dirinya. Dengan adanya minat yang tinggi, siswa akan terdorong
untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
C.
Fungsi
Minat Belajar
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan
anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut:
a. Minat
mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
Sebagai contoh anak yang berminat dalam hal menulis sesuatu maka cita-citanya adalah
menjadi penulis yang
berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan maka cita-citanya menjadi
dokter.
b. Minat
sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak
untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat
temannya meskipun suasana sedang hujan.
c. Prestasi
selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun
diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang
lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas
minat mereka.
d.
Minat yang terbentuk sejak kecil/masa
kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
[1]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1976), h. 965.
[2]Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan.(Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2007), h. 155-156
[3]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Balai Pustaka, 1987), h. 28.
[4]Tim Penyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia
edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2001),
h. 744.
[5]Abdul
Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, ( Jakarta: Kencana, 2004), h. 262.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar